Jakarta, 1 Okteber 2012
Semua waktu berlanjut, tanpa tahu kapan akan terhenti secara bersamaan. Matahari yang terbit dari ufuk timur dan bergerak ke barat lalu tenggalam disana bersamaan dengan munculnya bulan, semua ada jalurnya. Aku tidak kaget ketika mengetahui dari sebuah artikel kecil dari salah satu blog, mengutip pernyataan resmi dari NASA, badan antariksa Amerika, yang menyatakan bahwa kutub bumi secara permanen dan pasti bergeser dari tempatnya saat ini setiap tahunnya, dan pemanasan global mempercepat proses tersebut, tanpa kita dapat mencegah pengurangannya.
Yup, kalian benar, mereka tidak menyangkal bahwa matahari akan bisa terbit dari barat. Lucu semua itu seperti sudah diketahui pada sebuah kitab suci yang notabennya bertentangan dengan Negara yang saat ini mendukung teorinya, jauh sebelum mereka mengumumkannya beberapa tahun yang lalu. Tapi itu cuku bagiku mengetahui banyak hal di bumi ini selain partikel gila yang di bernama Partikel Tuhan ditemukan.
Jika kalian menerima dokumen ini, mungkin, aku sudah tidak bekerja kepada kakek yang super hebat itu. Karena semuanya telah hilang setelah semuanya terjadi.
Malam ini aku menuliskan catatan kecil ini untuk mengambarkan betapa peliknya yang aku dan para agen dapati di tempat ini. Aku menyebutnya agen setelah mengetahui bahwa si kakek juga menganggap kami seperti itu. Namun karena kamufalse dan realita yang dia campurkan menjadi satu dan mengejarkannya kepadaku selama ini, membuatku sedikit teralihkan dengan kondisi sekarang ini. Seakan ia mendidikku menjadi hal lain yang saat ini aku jalani, hal lain yang mungkin tidak bisa aku cermati lebih dalam lagi dari apa yang harus aku terima.
Memang usia manusia tidak ada yang tahu, hanya Tuhan yang memiliki andil semuanya, tidak ada yang tahu bagaimana bumi ini dan alam semesta terbentuk jika Tuhan tidak ikut campur di dalamnya, tidak ada yang tahu pula bagaimana sebuah ras manusia dapat bertahan cukup lama, ribuan tahun, dimana setiap makhluk mengalami kemunduran dalam kehidupan mereka. Tidak seperti manusia yang tidak memiliki kekuatan mempertahankan diri atau senjata untuk melindungi dirinya, namun bisa terselamatkan dari jutaan peristiwa yang mengancam keberadaannya.
Maaf aku melantur terlalu jauh.
Jika Anda bingung atas apa yang aku baca, kalian tepat!
Bagaimana aku bisa tenang saat aku menyampaikan semua ini saat semua tertunduduk luka melihat jenazah si kakek terbujur kaku? Kakek yang selama ini mengajariku banyak hal didunia ini. Kakek yang mengajariku arti dari sebuah perjalanan hidup, sosialisasi, humanity, bahkan ilmu pengetahuan dan filsafat? Bagaimana aku mengakatan kalau baik-baik saja saat puluhan orang masuk dan menghunuskan pedangnya ke arah orang yang memberiku banyak ilmu.
Ya, kakek meninggal tadi sore di rumah sakit swasta di daerah Cempaka Putih, dengan banyak luka di sepanjang tubuhnya. Tepat setelah aku tahu satu hal tentang dirinya, bahwa ia adalah penasihat dari bumi ini. Penasihat yang tidak pernah tidur mengatur semuanya, pemerintahan, adi daya, adi kuasa, ekonomi, sosialisasi, keagamaan, sampai pada peneratapan hukum, dialah otaknya.
Dan aku menerima surat penunjukkan darinya :
“Terima kasih, telah mau berkerja dengan saya, sebelumnya saya meminta maaf kepada dirimu dan semua agen yang telah bekerja banyak untuk saya, dimana saya bisa bekerja leluasa menerapkan semua sistem yang terjadi di bumi ini. Aku manusia seperti kalian, sayangnya kesenanganku bukan untuk dunia ini.
Jika Anda membaca surat ini, kemungkinan besar saya sudah tidak ada lagi. Mungkin sudah meninggalkan dunia ini. Mungkin jauh dari pikiran saya menuliskan kematian saya. Ketahuilah bahwa ini sudah di rencanakan. Saya akan mati dan pasti mati. Seperti halnya dirimu, para agen lain, bahkan raja dan presiden sekalipun yang saat ini berkuasa akan menglami kematian. Tinggal bagaimana caranya itu yang belum kita ketahui.
Tapi mungkin itu tidak penting. Saya hanya ingin mengatakan, bahwa penerus saya adalah orang yang telah menerima banyak pengarahan dan pelajaran dari saya, tentang agama, psikologi, filsafat, kekeluargaan, sosialisasi, sampai pada pembentukan dunia ini. Ya, orang yang menerima surat ini adalah penerus saya.”
Itu isi suratnya, dan akulah yang menerima semua dokumen darinya beberapa saat yang lalu.
Jakarta, 2 Oktober 2012
Tugas pertamaku saat aku menerima surat ke dua dari dirinya di alam sana, maksudku organisasi rahasia memberiku seberkas surat lagi, katanya amanah darinya sebelum si kakek meninggal, yang berisi perintah pemusnahan dokumen.
“Organisasi tertutup bahkan tidak ada yang tahu ini ada, maka ini harus diakhiri!” kata salah seorang dari pengantar surat yang menemuiku di ruang kerja kakek beberapa saat setalah jenazah kakek disemayamkan, “Bagaimana dengan surat pertama yang menyatakan bahwa aku penerusnya?” tanyaku dengan suara parau, seakan surat yang satu dengan yang baru aku terima ini berbeda arti dan maksudnya, “Anda memang penerusnya, Anda yang telah menerima banyak pengetahuan darinya, Anda pula yang harus menutup semua lembarannya!”
Aku mengambil suratnya dan membacanya :
“Anakku, yang memang bukan anak kandungku. Aku menerima bayak dokumen sepanjang hidupku, sampai dokumen terakhir yang menyatakan bahwa Partikel Tuhan telah ditemukan. Jika kita masih bersama, mungkin kita akan sama-sama mendebatkannya, tapi saya dan Anda saat ini berbeda alam.
Kamu benar, bahwa penemuan kali ini diluar logika kita sebagai makhluk Berketuhanan, dimana kita mempercayai bahwa Tuhan membentuk semesta ini, namun partikel itu menyatakan kalau ada partikel lain yang jika komponen ini tidak ada, maka alam semesta ini tidak terbentuk. Jujur, saya tertawa saat membaca mereka menangis dan terharu saat peluncuran penemuan tersebut. Seperti hanya sebuah penerapan dan uji coba kloning yang saya nilai melangkahi Tuhan jauh sekali.
Namun seperti Galileo yang tidak bisa dicegah oleh pihak gereja manapun saat mengumumkan teorinya, maupun para anggota Templar yang cukup kita kenal kisahnya, entah yang mana di dunia ini yang benar, karena kita belum mati, Nak. Kita belum tahu pencipta kita memiliki sosok seperti apa, kita tidak tahu klaim Ketuhanan mana yang benar dan keberadaannya benar-benar ada, entah Trinitas, entah Allah SWT, atau Budha atau dewa-dewa seperti Osiris, Zeus dan sebagaimana. Tapi kita punya keimanan, Nak. Keimanan itulah yangan tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Seperti keimanan Ibrahim AS yang mencari Tuhan semenjak usianya sangat-sangat muda, atau saat Nuh AS yang ditelan ikan paus hidup-hidup, dan keimanan Nabi Muhammad SAW yang mendapat jaminan masuk surga namun ibadahnya terus berjalan seakan jaminan itu tidak berlaku baginya. Jika kamu berpegang pada keimananmu, niscaya tugas ini tidak terlalu berat, bahkan cukup menyenangkan.
Seperti halnya dirimu, Nak. Keyakinan kita juga butuh pembelajaran. Seorang Napoleon tidak akan pernah dianggap pahlawan jika menara Eiffel yang saat ini berdiri dimaksudkan menegaskan kejantanann tentaranya, atau benteng VOC yang pernah berdiri di Indonesia ini menegaskan kekejaman di diri mereka. Tapi ketahuilah, mereka sama sepertimu, mereka bisa mati dan kamupun juga, seperti Hitler yang juga mati, Soeharto yang juga kehilangan kekuasaannya lalu mati, Soekarno yang diangsingkan dipenghujung hidupnya, bahkan Socrates dan Aristotelespun semuanya akhirnya mati, caranya bagaimana hanya Tuhan yang berkuasa. Entah mereka tetap diangkat, disanjung, maupun ujung-ujungnya dihina.
Tapi ketahuilah, Nak. Tidak semua dapat menerima kematian sebagaimana seharusnya, mereka tahu mereka akan mati, namun jika kau pelajari, kematian itu seperti tidak pernah datang kepadanya. Seperti mereka bangga akan kematiannya yang telah membunuh warga sipil dan berteriak mereka telah berjihad, padahal mereka tidak tahu kalau mereka hanya alat Nak. Tidak ada agama yang sejahat itu. Ini bukan pluralisme, tapi ini realita hidup. Kita ditekan oleh suatu lembaga, bukan berarti kita harus membantai semua karyawannya seperti housekeeping, administrasi dan personalianya. Mereka punya otak penggerak yaitu Direktur Utama, itu yang harus di waspadai.
Lupakan soal kematian dan kau akan mengusaai dunia, itu yang ada dipikiran mereka. Mereka lupa arti mereka hidup, arti mereka diberi nyawa oleh Tuhan mereka, lupa makna ilmu yang mereka dapat. Mereka tersesat, Nak!
Maka, jika surat dari sebelumnya saya mengangkat Anda sebagai penerus saya, di surat ini saya meminta Anda memusnahkan semua dokumen ini! Berpikirlah seperti saya, mereka tidak akan mampu menerima apa yang telah kita pelajari selama ini (kita sudah membahas soal id, ego dan super ego yang dimana semua itu akan menyangkal semua teori kita yang akan mereka terima). Tidak ada gunanya teori kita selama ini, jika kau tidak mengamalkannya dan turun langsung memberikan suapannya kepada mereka, Nak.
Oraganisasi ini tidak ada buat mereka, maka tidak ada dokumen yang akan mereka terima. Musnahkan, Nak! Kau akan tahu maksud semuanya dari semua ini.”
Aku meletakkan surat kakek itu di atas meja kayu yang besar, yang dulu pernah aku kagumi. Aku menatap lekat semua yang ada di ruanganku. Berbagai ekspresi datar tergambar dari wajah mereka semua. Entah bagaimana mereka memandangku, apa aku sama berwibawanya seperti si almarhum, atau aku memang dirinya di mata mereka saat ini.
Aku bangkit dari duduk dan mengambil surat terakhir si kakek. Aku mendakati salah seorang dari mereka dan meminta semua benda,m “Pemantik api!” kataku dan ia memberikannya.
Sambil menyalakan pemutar dari benda tersbut, sebuah percikan muncul dan sebuah api kecil menari-menari seperti menunggu instruksiku. Akupun mengangkat tinggi-tinggi surat kakek tadi sambil mengatakan, “Oraganisasi ini tidak ada buat mereka, maka tidak ada dokumen yang akan mereka terima. Musnahkan, Nak! Kau akan tahu maksud semuanya dari semua ini.” dan membakarnya.
Setelah semua lembaran terbakar, orang yang tadi memberiku surat dari kakek menepuk bahuku dan menyodorkan sebilah pisau, “Lukai dirimu seakan kau telah diserang orang banyak, gedung ini akan dimusnahkan pula. Kita akan buat penyerangan kakek kemarin itu berbuntut hari ini dan pemusnahan aset kita selamanya.”
Aku memandangnya lekat, bergantian menatap dirinya dan pisau itu.
Jeddah, 12 Oktober 2012
Sebuah penginapan yang penuh sesak dan tak ada satupun yang mengenalku. Bulan ini musim haji, dimana semua orang dari seluruh penjuru dunia yang beragama muslim menunaikan rukun Islamnya yang ke 5, dimana kemampuan mereka diuji atas nama Tuhan mereka. Dimana pula mereka akan menyempurnakan keimanan mereka. Bagi mereka yang mampu.
Aku tiba di Arab Saudi dua hari yang lalu, beberapa agen menentukan tempatku menginap, dan aku berniat membeli sebidang tanah untuk tempat tinggalku.
Aku meletakkan sebiji kurma yang habis aku makan daging dan menikmati manisnya buah kering tersebut. Adzan berkumandang. Aku ambil jubahku. Untuk bersiap shalat, hari ini hari Jum’at. Dan aku ditunjuk oleh salah satu Syekh di Jeddah ini untuk membawakan Khutbah pada salah satu masjidnya. Mereka tahu siapa diriku. Aku akan mejabarkan banyak hal nanti. Sekarang aku mau ambil wudhu dahulu.
Bogor, 8 Oktober 2012
“Sebuah petikan dari sebongkah pohon kehidupan, dimana setiap daun diatasnya pasti akan berguguran, bagaimana caranya dan kapan kita tidak pernah tahu. Ada yang sampai coklat dan mongering baru jatuh, ada yang terhempas angin dan terjerembab di tanah, ada pula yang ditarik tangan-tangan kuat dan terseobek di tengah.
Sebuah catatan saat semalam aku menerima kabar salah seorang hamba di panggil oleh-Nya, pada saat sebelumnya aku menerima kabar dirinya masih koma. Tidak ada hitungan jam, berita duka masuk kembali. Innalillahi wa inailaihi roji’un”